Powered By Blogger

Minggu, 29 Juni 2014

Globalisasi Modernisasi dan Perubahan Budaya (Perilaku)



Di Indonesia terdapat beberapa komunitas adat yang arif dalam menyikapi derasnya arus globalisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial budaya. Komunitas tersebut sangat hati-hati dalam menyeleksi pengaruh dari luar, sebab mereka sadar pengaruh dari luar dapat ,merusak sistem kehidupannya. Komunitas adat tersebut antara lain orang Baduy (Banten Selatan), orang Samin (Klapandhuwur, Blora), orang Donggo (pedalaman Sumbawa Timur), dan orang Togutil (Halmahera Utara)

Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Modernisasi berbeda dengan westernisasi. Modernisasi merupakan suatu bentuk proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara yang lebih maju, sedangkan westernisasi adalah proses peniruan oleh suatu
masyarakat atau negara terhadap kebudayaan dari negara-negara Barat
yang dianggap lebih baik dari budaya daerahnya.
Globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses masuk ke lingkungan dunia. Proses globalisasi di dukung oleh adanya saluran-saluran seperti saluran pergaulan, saluran teknologi, dan saluran  ekonomi.

Suatu bangsa tak terlepas dari budaya masing-masing, di setiap bangsa maupun negara mempunyai budaya-budaya yang unik yang telah di lakukan oleh para pendahulunya. Namun di era sekarang ini terutama di Indonesia sendiri lambat laun kebudayaan indonesia melai ada perubahan hal ini tak terlepas dari pengaruh globalisasi modernitas.
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola maupun TV berlangganan yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia
.
Contoh sederhana misal pada industri game center, sekarang mulai menjadi trend sendiri buat sebagian besar masyarakat indonesia, terutama anak-anak. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. 
Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. 
Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Maka dari itu untuk menjawab tantangan globalisasi, sebagai kaum muda generasi bangsa harus memikirkan cara lain melestarikan kebudayaan bangsa, misal dengan membuat kartun, atau animasi yang masih berkaitan dengan kebudayaan indonesia.

Mengembangkan sikap kritis terhadap Perubahan Sosial Budaya

Sikap kritis dalam menyikapi dalam menyikapi perubahan sosial budaya diperlukan agar kita tetap memiliki identitas diri sebagai masyarakat Indonesia. Berikut ini beberapa sikap kritis yang dapat dikembangkan:
1.     Selektif terhadap pengaruh-pengaruh asing, dengan menghindari pengaruh-pengaruh asing, dengan menghindari pengaruh asing, dengan menghindari pengaruh negatif dan mengembangkan pengaruh positif. Misalnya, kita mengikuti kemajuan teknologi dari negara-negara maju meningkatkan ilmu pengetahuan.
2.    Memiliki motivasi yang kuat untuk selalu mengikuti berita lokal, nasional, maupun internasional sehingga dapat menentukan sikap yang tepat dalam menghadapi suatu perubahan yang terjadi.
3.    Memiliki pandangan dan sikap sendiri (tidak ikut-ikutan) orang lain dalam menghadapi suatu perubahan sosial budaya.
4.    Memiliki minat, perhatian, dan berperan aktif di dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

5.    Memiliki inisiatif yang tinggi, dengan selalu berusaha untuk mengubah situasi dan kondisi yang sudah tidak sesuai lagi dengan cakrawala baru.
6.    Memiliki banyak kreasi atau kreatif dalam menyelesaikan suatu persoalan atau untuk mengatasi suatu rintangan. Ini berarti kita harus memiliki banyak ide, memahami situasi dan selalu mencoba menyesuaikan diri dengan situasi baru.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar