Pada tulisan kali ini saya ingin mengemukakan pendapat dan
analisa saya terhadap rokok. Saya sangat tidak setuju dengan anggapan bahwa
merokok itu adalah hal yang biasa dan dianggap bahwa merokok itu adalah suatu
kenikmatan. Dalam perspektif agama saya, agama Islam, menilai bahwa rokok itu
lebih membawa kepada kemudharatan dan saya sangat setuju dengan hal itu.
Di antara jenis konsumsi yang memberi mudharat secara nyata
para ahli kesehatan adalah rokok. Tidak ada satu pun ahli kesehatan yang
mengatakan bahwa rokok itu sehat. Semua ahli kesehatan sepakat bahwa rokok itu
berbahaya, bahkan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan
menempel pada paru-paru manusia. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi
saraf dan peredaran darah manusia. Kedua zat ini bersifat karsinogen sehingga
dapat memicu terjadinya kanker paru-paru yang dapat mematikan manusia. Karbon
monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah yang
mengalir di seluruh tubuh tidak dapat mengikat oksigen. Dari fakta ini saja
logika sudah tidak bisa lagi untuk membenarkan bahwa rokok itu baik.
Baik untuk mempermudah logika saya akan memberikan sebuah
cerita mengenai rokok dalam perspektif seorang ulama Islam dan siperokok. Setelah
membaca cerita ini InshaAllah kita akan dapat menilai suatu kebenaran dengan
objektif.
Ada seorang guru berkependidikan di Saudi berdialog kepada
seorang Syekh. Seorang guru ini bertanya kepada Syekh “kenapa Anda mengatakan
merokok itu haram? Padahal didalam al-Quran tidak ada dalil yang mengatakan
bahwasanya merokok itu haram secara khusus”.
Kemudian Syekh bertanya “Kau makan apel?, Kau makan jeruk?”.
“ Ya” kata guru tadi.
Kemudian Syekh tadi menjelaskan ”Adakah di Al-Quran itu
boleh makan jeruk atau apel?”. Tentu jawabnya tidak ada. “Baik itu memang tidak
ada tapi boleh itu dimakan karna apa, karna masuk dalam umumnya firma Allah
“Allah menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang buruk-buruk”
Lalu orang tadi mengatakan ”Tapi setau saya itu baik, karna
saya merasa nyaman-nyaman saja. Saya merokok saya percara diri, saya tidak ada
masalah. Orang lain mau mengatakan badan saya bau, baju saya bau, tapi itu
perkataan dia dan saya merasa nyaman-nyaman saja dan saya baik-baik saja.
Berarti itu bisa saya katakan jika itu toyyiban dan berarti itu baik buat saya.
Dari mana itu tolak ukur ini baik atau ini buruk?
Kata syehnya “Baik jika kau ingin lebih dalam lagi sekarang
saya tanya, kalau kamu pulang ke rumah habis mengajar kamu temukan istrikamu
lagi pegang rokok, anak kamu juga lagi pegang rokok. Kamu biarin atau kamu
larang?”
Kata guru tadi ”Saya larang Syekh”
“Kenapa kamu larang” kata Syekh tadi.
Dia bilang “Karna itu tidak tidak baik Syekh”.
“Itu masuk dari jawaban kamu sendiri, kalau itu baik makan
kamu biarin itu baik. Bahkan bila perlu kamu belikan dan sama-sama merokok.
Tapi tidak ternyata, lebih baik itu ditinggalkan karna itu tidak baik.”
“Janganlah berdali, kalau salah dan tetap dilakukan maka
akui saja kesalahnya, itu poin penting. Ini tidak, sudah salah masih saja
membela, ini yang jadi masalah” Ujar Ustadz Khalid Z.A. Basalamah dalam kalimat
terahirnya.
Semoga artikel ini bermanfaat. Jadi merokok itu halal atau
haram? Anda pasti bisa menjawabnya sendiri.