Menurut saya penggunaan Bahasa
Indonesia dikalangan mahasiswa belum sefasih ketika mahasiswa menggunakan
bahasa informal. Ini karena kurangnya mahasiswa berbahasa Indonesia yang baik
dan benar dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan didalam diri mereka timbul
suatu ketidakwajaran ketika berbahasa Indonesia yang baku. Padahal sangatlah
wajar apabila mahasiswa selaku penerus bangsa dapat menggunakan bahasa
nasionalnya dan menunjukan identitas sebagai Bangsa Indonesia. Bagaimana bisa
maju suatu negara apabila tidak bisa menunjukan jatidirinya ? Ada beberapa hal
yang saya amati mengapa Bahasa Indonesia baku menjadi sebuah anomali bagi
pelajarnya sendiri.
Pertama, kurangnya peran dari
pendidik. Arti pendidik disini tidak hanya di sekolah saja tetapi juga dari
keluarga dan masyarakat. Di lingkungan keluarga, orang tua cenderung tidak
mempermasalahkan Bahasa Indonesia yang digunakan anak-anaknya sejak kecil.
Misalnya mereka hanya terpaku pada nilai matematika, sains atau pun bahasa
Inggris. Asalkan bisa berkomunikasi, bahasa tidak menjadi masalah. Ironisnya,
kurangnya peran pendidik berasal dari guru Bahasa Indonesianya sendiri. Memang
Bahasa Indonesia telah dipelajari sejak usia sekolah dasar, tetapi guru hanya
mengajar cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar bukan mendidik cara
berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia hanya sebuah
pelajaran bukan pendidikan, hanya formalitas dan bukan untuk diterapkan. Secara
tertulis kita sering membaca kalimat “Wajib Berbahasa Indonesia Sesuai EYD”
tetapi secara kasat mata “Jauhkan Dari Jangkauan Anak-anak”.
Kedua, kurangnya kesadaran dari
mahasiswanya sendiri. Identik dengan remaja dewasa, mahasiswa masih mempunyai
ego sehingga mereka merasa canggung berbahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam pergaulannya. Bahkan mahasiswa lebih memilih untuk menguasai Bahasa
Inggris yang dianggap lebih hebat daripada Bahasa Indonesia dan beralasan untuk
mengikuti perkembangan zaman. Alasan tersebut memang tidak bisa dipungkiri tetapi
alangkah baiknya jika menguasai Bahasa Indonesia yang baik dan benar dulu.
Ketiga, anggapan Bahasa Indonesia
baku sebagai bahasa panti jompo. Ini disebabkan karena peran dari media baik
cetak maupun elektronik sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa informal
yang dibawakan oleh ikon-ikon artisnya sehingga orang yang mengidolakan artis
tersebut suka menirukan apa yang idola mereka lakukan. Contohnya Laura Syndrome yang gejalanya menirukan
gaya ala Cinta Laura. Jadi jika suatu
acara menggunakan bahasa formal, maka acara tersebut membosankan untuk disimak.
Jadi untuk memaksimalkan
penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dikalangan mahasiswa sangat
sulit dilaksanakan. Apabila pendidikan mau memaksimalkan penggunaan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari dikalangan mahasiswa
sekarang, mungkin sudah terlambat. Seharusnya program seperti ini dilaksanakan
sejak usia dini agar dapat terbiasa berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sumber : https://www.academia.edu/9580930/PENGGUNAAN_BAHASA_INDONESIA_DI_KALANGAN_MAHASISWA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar